Rabu, 31 Desember 2008

"Gemah Ripah Loh jinawi" tinggal slogan saja


oleh:hendrianto
awal april 2008, yang lalu, saya di ajak pimpinan redaksi surat kabar radar kepri, Haji akmal atatrik untuk berkeliling ke seluruh daerah yang ada di kabupaten lingga, walupun hanya sebatas perjalan an biasa , namun sangat bermamfaat bagi saya, karna di sepanjang perjalanan , pimred yang telah berumur 60 tahunan tersebut menceritakan semua tentang kekayaan yang di miliki oleh bangsa indonesia, mulai dari lautan nya yang luas dengan ratusan jenis ikan yang hidup di dalamnya, sampai dengan tanah nya yang subur serta berbagai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

memang sejenak saya kagum juga mendengar penjelasan darinya, tapi setelah sya pikir," ah..ini hanya cara dia saja untuk membangkitkan semangat ku agar lebih berpikir lagi tentang indonesia, atau mungkin dia memberikan pancingan supaya saya lebih banyak berbuat untuk bangsa ini, ya wajar saja pimpinan berkata seperti itu" pikirku.

mendengar untaian kata kata pimpinan tadi, saya jadi teringat dengan slogan angkatan laut Inggris : Right or wrong is my country. Slogan yang membangkitkan semangat dan kebanggaan nasionalisme, memperjuangkan hak sebagai suatu bangsa, berani membela kepentingan negara, dan cinta nusa bangsa tanpa syarat dalam keadaan apa pun, di mana saja. Ya, buruk ataupun baik toh kau Indonesia, tanah airku !

Dalam perjalanan ke Desa duara pancur kabupaten lingga, ketika kami duduk berdua di sebuah kedi kopi di pinggir laut pasar desa pncur tersebut, lagi- lagi saya melihat sebuah Kapal ikan milik warga setempat yang bernama " gemah ripah loh jinawi" nama itu berulang ulang saya baca, sambil berpikir, apa kira-kira maknanya jika dikaitkan pada keadaan bangsa Indonesia saat ini. Lalu apa pula sikap kita sekarang, masihkah kita mempunyai jiwa patriot yang bangga pada nusa-bangsa, atau slogan seperti itu hanya pengelakan dari kondisi carut-marut Indonesia yang dinilai buruk oleh dunia internasional, bahkan oleh bangsanya sendiri ?

Perasaan putus-asa yang seolah-olah tidak menemukan jalan keluar, frustasi yang menumpuk berpuluh tahun melihat tidak tercapainya cita-cita kemerdekaan seperti yang dikumandangkan Bung Karno lebih dari enam puluh tahun yang lalu. Masyarakat yang toto-tentrem kerto raharjo, gemah ripah loh jinawi, murah kang sarwo tinuku, subur kang sarwo tinandur.
Pengelakan dan kompensasi ke slogan yang sedikit menghibur, itukah maknanya kini ? Atau "nasihat" kepada generasi muda seperti : "sudahlah, jangan menjelekkan negeri sendiri, bagaimanapun ini kan tanah kelahiranmu, yang harus dicintai dan dibanggakan !"
Beberapa orang yang nampaknya sudah tidak sabar mengatakan slogan itu tidak sesuai dengan kondisi sekarang, karena seolah-olah kita apatis, pasif, dan mau menerima begitu saja keadaan buruk yang membelenggu berpuluh tahun.

Betulkah keadaan kita buruk atau jele ? Jawabannya bisa "ya" bisa "tidak" karena masing-masing jawaban mempunyai alasan. Yang mengatakan "tidak buruk" artinya baik atau melah, membandingkan keadaan sekarang dengan dahulu sebelum merdeka dari penjajahan Belanda/Jepang. Dulu kita buta huruf, miskin, dihina, bodoh. Sekarang kita bersekolah, beberapa orang sudah kaya, tidak dihina oleh bangsa lain, dan masyarakat Indonesia tidak bodoh.
Lain halnya dengan mereka yang mengatakan keadaan kita sekarang buruk. Mereka lebih cerdas karena mengambil data yang akurat dengan standar umum atau internasional. Misalnya tentang pendapatan rata-rata penduduk di Indonesia yang rendah, hanya US$.200,-- per tahun, tingginya tingkat pengangguran atau kurang tersedianya lapangan kerja, rendahnya mutu pendidikan, dan yang paling memalukan adalah Indonesia menjadi negara terkorup nomor enam dari 133 negara di dunia.
Selain itu Indonesia dikenal oleh dunia barat sebagai sarang teroris, isu disintegrasi bangsa, penegakan hukum yang ambivalen, hutang luar negeri yang sangat besar, iklim demokrasi yang jauh dari baik, dan tidak jelasnya konsep politik luar negeri. Semuanya menempatkan Indonesia pada zona merah yaitu suatu bangsa yang lemah yang bergerak menuju kegagalan, seperti yang diungkapkan oleh Robert I. Rotberg (Kompas 28 Maret 2002).

gemah ripah loh jinawi, slogan yang menghibur, pengalih frustasi, karena diucapkan dengan mulut kecut, namun tetap bangga menjadi bangsa Indonesia. Kening yang berkerut hanya menimbulkan pertanyaan : apa yang salah ?
Cita-cita kemerdekaan yang didengungkan para pemimpin angkatan 45 hanya terdengar gaungnya saja. Konsep mereka sangat bagus; tengoklah Pancasila. Tidak ada bangsa lain di dunia yang mempunyai konsep sedemikian indah dan lengkap. Tetapi sekali lagi kenapa Indonesia yang mempunyai dasar Negara begitu agung dengan menempatan sila Ketuhanan Yang Maha Esa di urutan nomor satu lantas menjadi carut-marut seperti ini, kebanyakan malah seperti tidak melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik.
Korupsi dan terorisme, adalah dua contoh kasus yang bertentangan dengan sila pertama Pancasila itu. Ngurah Rai menangis, sia-sialah jiwa-raga yang dikorbankannya karena ulah kita di masa kini. Yang tidak sadar pada keadaan sekarang seperti I buta-bongol, tidak peduli, masa bodoh, yang utama adalah kepentingan diri sendiri terpenuhi. Yang sadar, mengelus dada, meringis, memikirkan nasib bangsa ini ke depan, nasib anak-cucu kita sendiri.

Kalau dikaji lebih dalam slogan itu : Jele-melah gumi gelah, dapat diarahkan kepada hal yang positif. Terutama karena ia dapat membangkitkan nasionalisme, cinta tanah air, cinta nusa-bangsa. Rasa cinta itu dibarengi dengan keinginan yang tulus untuk memperbaiki keadaan. Sesuatu yang kurang baik dibenahi. Tindakan serentak tidak hanya digantungkan pada pemerintah, tetapi juga harus dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Jika benar-benar kita bertekad mengejar ketinggalan dan mengatasi krisis multi dimensi, dengan semangat tinggi seperti yang dilakukan oleh para pejuang di tahun 1945, pasti akan berhasil. Para pejuang kemerdekaan telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai kekuatan yang luar biasa.
Hanya dengan bambu runcing saja mampu mengusir penjajah yang telah bercokol lebih dari tiga abad di bumi pertiwi. Negara-negara lain yang porak-poranda karena perang juga bisa bangkit dalam waktu relatif singkat, seperti Jepang, Korea, Cina, dan Vietnam. Kebangkitan itu dimulai dari pribadi setiap individu bangsa Indonesia. Sebelum melangkah lebih jauh, benahi diri sendiri dahulu, berawal dari perubahan sikap, pola hidup, memilih nilai-nilai positif, serta mampu menolak pengaruh negatif dari globalisasi dunia yang menggebu.

Salah satu contoh yang nyata, bila kita sadar bahwa korupsi adalah perbuatan amoral yang dapat menghancurkan negara, lalu kita berteriak-teriak menyatakan anti korupsi, maka prinsip itu hendaknya dipegang teguh. Jangan karena kita tidak mendapat kesempatan korupsi bisa berkata keras, namun setelah menjadi pejabat dan mempunyai peluang korupsi kemudian prinsip itu memudar, bahkan turut melakukan perbuatan hina seperti itu.

Pendidikan anak-anak juga sangat penting diperhatikan. Bagaimana upaya kita agar anak-anak sebagai generasi penerus mampu mandiri dalam jalur dharma. Mereka hendaknya mempunyai semangat hidup yang kuat, setia pada nusa-bangsa, menjunjung tinggi nilai-nilai moral sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Disiplin kehidupan, kecerdasan, kreativitas, dan cinta kasih kepada setiap orang adalah modal utama menuju kebangkitan di masa depan. Pendidikan dimulai dari rumah. Orang tua patut memperhatikan ini. Jangan memanjakan anak-anak, jangan biarkan dia hidup tanpa arah, dan yang terpenting, jangan biarkan dia menjadi orang yang pikirannya berpola konsumtif.
Ia harus berpikiran produktif, karena dari pijakan ini ia akan berkembang menjadi manusia yang inovatif, dinamis, dan berguna bagi nusa bangsa. Pendidikan agama yang menjadi dasar dari kehidupan yang sehat perlu dipacu lebih menukik pada penghayatan filsafat, agar tercermin pada aktivitas sehari-hari. Jangan mendidik mereka menjadi "agamawan" yang hafal dengan materi kitab suci, tetapi miskin dalam amal kebajikan.

Akhir renungan menjelang tahun baru 2009, kapankah kita bisa keluar dari krisis ini ? Jawabannya mudah : "bila kita mampu bangkit dari keterpurukan dengan kekuatan sendiri" Ya, tergantung pada kita, bukan tergantung dari bangsa/negara lain !

hulukuantan.com: Dana ADD membawa musibah

Selasa, 30 Desember 2008

Ketika lemparan sepatu wartawan menjawab kebencian terhadap penguasa



Oleh:Hendrianto

Kesombomgan dan keangkuhan presiden Amerika serikat seperti george bush berakhir di tangan seorang wartawan, Bush yang selama ini di nilai sebagian orang di dunia ini menggunakan kekuatan militernya untuk menyelesaikan suatu masalah, di balas oleh seorang wartawan irak yang merasa prihatin melihat keadaan Negara nya yang porak poranda akibat keangkuhan bush, pembalasan tersebut dilakukan nya dengan cara pelemparan sepatu, hal itu di lakukan wartawan tersebut di saat bush mengadakan konfrensi pers terkait berakhirnya masa jabatan nya sebagai seorang presiden.

Tentu saja kejadian pelemparan sepatu terhadap presiden “number one” di dunia ini mengundang perhatian orang banyak, orang paling berkuasa di dunia ini mendapatkan sorotan yang memalukan, apalagi mungkin hampir seluruh media terkemuka di dunia ini menayangkan bagaimana seorang presiden di lempar oleh seorang wartawan dengan sepatu.

Walaupun tindakan ini merupakan perbuatan kurang terpuji, namun apa yang di lakukan oleh seorang wartawan irak tersebut adalah merupakan sebuah kejujuran, karna profesi seorang wartwan adalah merupakan panggilan hati nurani dan terus mengabdi kepada rakyat, namun setelah kita telaah sejenak apa yang di perbuat oleh wartawan tersebut sangat wajar dan masuk akal, karna sudah bertahun rakyat irak tertindas akibat serangan senjata canggih milik Negara adidaya tersebut, berdasarkan informasi yang disiarkan oleh media terkemuka, akibat serangan babi buta amerika tersebut, irak telah kehilangn ratusan ribu bahkan hamper jutaan nyawa dalam kurun 8 tahun serangan amerika ke irak tersebut.

Mungkin betul apa yang di katakan banyak pengamat Amerika bahwa George bush adalah presiden terburuk yang pernah di miliki amerika. Keputusan bush menduduki Irak , mulai dari maret 2003, telah membuat Irak mengalami petaka social, politik,ekonomi bahkan petaka peradaban yang sangat parah.

Alasan bush menghancurkan Irak ternyata bertumpu pada dua kebohongan dan satu ilusi bodoh, irak harus di serbu karena pertama. Menyimpan senjata pemusnah missal dan kedua, mempunyai jaringan resmi dengan Al-qaedah. Sedangkan ilusi bodoh itu membayangkan demokrasi ala Amerika dapat ditegakkan di Irak lewat pendudukan militer, Sekitar 600.000 mati akibat keganasan perang, sedangkan sisanya karena penyakit dan musibah yang lain.

Ketika rakyat AS dan publik opini dunia mengharap Bush segera berakhir, karena betapa pun perang Irak itu mustahil dapat dimenangi, Bush mengambil langkah yang mengejutkan dunia. Pemerintah boneka AS menggantung Saddam Husein secara sadis sambil mengabaikan keadilan hokum

Senen (15/12) benar-benar menjadi sejarah buat seorang ahli politik yang bertaraf Presiden, Presiden di lempar sepatu?. Beliau amat malu kerana apa yang 'diterima' bukanlah bom atom atau peluru tetapi hanyalah sepasang sepatu. Namun begitu, marwah beliau benar-benar tercela di mata dunia kerana apa yang telah terjadi memalukan bagi seorang yang bergelar Presiden 'the number one'.

Kebencian rakyat Iraq khususnya dan dunia umumnya terhadap Presiden Amerika Syarikat itu tidak bisa lagi digambarkkan dengan kata-kata. Tidak diketahui pula apa yang akan terjadi terhadap wartawan tersebut tetapi yang pastinya beliau akan menerima 'balasan' yang setimpal. Jangan kan seorang wartawan seorang presiden seperti Saddam Hussein bisa di seretnya hingga ke tiang gantungan, apalagi seorang wartawan yang 'tidak bernilai' dimata seorang 'Monster' seperti Bush.
.
Apa yang terjadi terhadap Bush mungkin menjadi pelajaran bagi ahli politik atau penguasa di kepri ini, “ingat nama besar tidak akan selamanya abadi, suatu saat akan hilang oleh hal hal kecil” ini merupakan peringatan dan pengajaran bahawa setiap tindakan yang diambil akan memberi kesan sama besar dengan apa yang di lakukan, pembalasan itu akan terjadi dalam jangka panjang atau atau pendek. Dilempar sepatu mungkin lebih hina dirasakan di bandingkan dengan ditembak bagi segelintir 'orang besar'. Mungkin Bush akan terlena sedikit selepas januari tahun depan namun bayang-bayang rakyat irak yang dizalimi akan sentiasa mengekori beliau. Selamat beristirahat buat Bush.”Nikmatilah sisa-sisa hidupmu dan segeralah bertaubat”.