Rabu, 01 Juli 2009

Peristiwa 1 Juli bagi sosok Huzrin Hood


Oleh: Hendrianto

TG.PINANG (KP): Tanggal 1 Juli bagi sementara masyarakat Kepri, merupakan hari yang bersejarah. Pada tanggal ini sebuah perjuangan panjang selama lima tahun digagas oleh para pemikir dan tokoh masyarakat serta pemuda-pemudi yang tergabung dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), memperjuangkan Kabupaten Kepulauan Riau ini menjadi sebuah Provinsi.
Satu peristiwa lagi yang terjadi di bulan Juli 2004. Di saat ribuan pasang mata masyarakat Kepri menyambut datangnya Penjabat Gubernur provinsi baru kala itu, penggagas pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, H Huzrin Hood justru dijemput oleh anggota Kejari Tanjungpinang dan dibantu oleh tim dari Kejati Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta untuk dieksekusi.
Hari itu juga jeruji terali besi penjara Kampung Jawa, Tanjungpinang telah dipersiapkan untuknya. Dia mendekam di sana, sebelum akhirnya dipindahkan ke LP Sukamiskin, Bandung, 13 Agustus 2004.
Di LP Sukamiskin, pria yang gemar memanjangkan jenggotnya ini, menempati ruangan tahanan TA 38, tak jauh dari ruang tahanan Bung Karno tempo dulu, yang terletak di lantai dua penjara peninggalan Belanda tersebut. Seperti dicertakan huzrin kepada salah seorang penulis di sebuah blognya.
Diceritakannya, dalam ruangannya sempit, hanya diisi oleh satu kasur tipis yang digeletakkan di lantai, satu meja, serta satu lemari pakaian. Dinding kamarnya diberi tempelan-tempelan dengan lem kasar, kalender-kalender bergambar dirinya, foto tokoh ulama yang disegani, foto-foto pribadinya dalam balutan pakaian Cina lama. Ada pula lukisan bergambar sawah yang menguning yang dipasang dengan figura warna emas.
Seperti halnya napi lain, Huzrin melewati hari demi hari yang berlangsung rutin dan lambat. Aktivitasnya dimulai sejak adzan Subuh berkumandang. “Saya sholat berjamaah bersama teman satu kamar,” tuturnya.
Terus ia melanjutkan dengan membaca Alquran dan buku-buku pengetahuan. Kalau masih mengantuk, ia melanjutkan tidur hingga pukul 07.00 WIB, ketika apel pagi tiba.
Setelah mandi, Huzrin dan kawan-kawannya bekerja, mengerjakan berbagai keterampilan seperti membuat sandal. Proyek kerja sama lapas Sukamiskin dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kegiatan rutin seperti inilah yang dilakukannya setiap pagi hingga menjelang sholat Dhuhur. Seusai sholat berjamaah di masjid yang ada di kompleks penjara, Huzrin tidur siang. Selain itu, iaa tak lupa berolah raga pada sore harinya.
Soal makanan dia mengaku tak ada masalah. Ada warung kecil yang terletak di seberang kamarnya bila ia memerlukan makanan kecil. Ada juga sahabat kamarnya, Nana dan Karno yang seringkali memasakkan makanan untuknya. Termasuk makanan favoritnya, sambel dadakan, yang dibuat dari percampuran cabai, garam dan terasi.
Terasa membosankan memang. Untung saja, ada hari Jumat dan Sabtu. “Soalnya ada guru senam yang datang. Membuang rasa bosannya meniti kegiatan yang sama setiap harinya. ‘’Aku selalu di depan,” kata Huzrin mengenang masa-masa kehidupannya di penjara sambil tertawa-tawa. Matanya menyipit, kacamata kotaknya bergoyang.
Masa luangnya digunakan untuk membaca. Sisanya untuk menulis. “Sukamiskin merupakan tempat yang baik untuk saya merenungkan diri. Berkontemplasi. Banyak kebijakan dan kesabaran, tumbuh di lingkungan itu,” kenang pria yang mengaku dirinya sebagai Robinhood dari Bintan ini. Wajar saja, bila 3 buku diselesaikannya pada masa penahanan.
Soal pedihnya hidup dipenjara, saking banyaknya, sudah tak bisa ia menceritakan. Baginya, suasana malam hari, sepi, sendiri, menjelang tidur, adalah saat-saat yang paling menyiksa. Ketika ia terus mengenang istri dan anak-anaknya tercinta yang ditinggalkan di Tanjungpinang. Bahkan dengan putra bungsunya, ia mengaku sedang bekerja di luar kota. “Ini hal yang paling pilu dalam hidupku,” Huzrin menerawang.
Meski begitu, hubungan silaturahmi dengan teman-teman dan keluarganya selama dipenjara menjadi sedikit pengobat luka batinnya. Ia merasa bersyukur, banyak teman yang masih mau mengunjunginya dengan rutin. Mulai dari mantan menteri, bupati, gubernur, tokoh terkemuka di Indonesia, hingga artis.
Sampai akhirnya, ia bisa menyelesaikan masa tahanannya pada Idul Fitri 3 November lalu. Tepat di hari kemenangan umat muslim, ia benar-benar merayakannya sebagai hari kemenangan. “Semoga bisa memberikan hikmah yang besar,” tukasnya seraya memberikan pantun selamat tinggal.
Sampai di situkah penderitaan Huzrin? tidak. Seperti diceritakaanya kepada koran ini, Senin (29/6) melalui pesan singkat. “Patut ditulis oleh Ismeth-M Sani. Mereka merayakan hari ulang tahunnya jadi Gubernur dan Wakil Gubernur serta memberikan bantuan dan hadiah pada rakyat Kepri pada 1 Juli, pada tanggal yang sama Huzrin Hood mengenang dijemputnya oleh aparat Kejari di Bantu tim Kejati DKI dan dibawa ke Tanjungpinang untuk dieksekusi dan hingga sekarang masih menanggung hutang Rp2,4 miliar rupiah,” demikian tulis Huzrin.
Dari tulisan Huzrin tersebut dapat dimaknai, betapa beratnya beban yang ia tanggung, tetapi ia cukup menyadari perjuangan yang dia lakukan selama ini membuahkan hasil meskipun bukan ia yang jadi pemimpin.