oleh:hendrianto
awal april 2008, yang lalu, saya di ajak pimpinan redaksi surat kabar radar kepri, Haji akmal atatrik untuk berkeliling ke seluruh daerah yang ada di kabupaten lingga, walupun hanya sebatas perjalan an biasa , namun sangat bermamfaat bagi saya, karna di sepanjang perjalanan , pimred yang telah berumur 60 tahunan tersebut menceritakan semua tentang kekayaan yang di miliki oleh bangsa indonesia, mulai dari lautan nya yang luas dengan ratusan jenis ikan yang hidup di dalamnya, sampai dengan tanah nya yang subur serta berbagai kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
memang sejenak saya kagum juga mendengar penjelasan darinya, tapi setelah sya pikir," ah..ini hanya cara dia saja untuk membangkitkan semangat ku agar lebih berpikir lagi tentang indonesia, atau mungkin dia memberikan pancingan supaya saya lebih banyak berbuat untuk bangsa ini, ya wajar saja pimpinan berkata seperti itu" pikirku.
mendengar untaian kata kata pimpinan tadi, saya jadi teringat dengan slogan angkatan laut Inggris : Right or wrong is my country. Slogan yang membangkitkan semangat dan kebanggaan nasionalisme, memperjuangkan hak sebagai suatu bangsa, berani membela kepentingan negara, dan cinta nusa bangsa tanpa syarat dalam keadaan apa pun, di mana saja. Ya, buruk ataupun baik toh kau Indonesia, tanah airku !
Dalam perjalanan ke Desa duara pancur kabupaten lingga, ketika kami duduk berdua di sebuah kedi kopi di pinggir laut pasar desa pncur tersebut, lagi- lagi saya melihat sebuah Kapal ikan milik warga setempat yang bernama " gemah ripah loh jinawi" nama itu berulang ulang saya baca, sambil berpikir, apa kira-kira maknanya jika dikaitkan pada keadaan bangsa Indonesia saat ini. Lalu apa pula sikap kita sekarang, masihkah kita mempunyai jiwa patriot yang bangga pada nusa-bangsa, atau slogan seperti itu hanya pengelakan dari kondisi carut-marut Indonesia yang dinilai buruk oleh dunia internasional, bahkan oleh bangsanya sendiri ?
Perasaan putus-asa yang seolah-olah tidak menemukan jalan keluar, frustasi yang menumpuk berpuluh tahun melihat tidak tercapainya cita-cita kemerdekaan seperti yang dikumandangkan Bung Karno lebih dari enam puluh tahun yang lalu. Masyarakat yang toto-tentrem kerto raharjo, gemah ripah loh jinawi, murah kang sarwo tinuku, subur kang sarwo tinandur.
Betulkah keadaan kita buruk atau jele ? Jawabannya bisa "ya" bisa "tidak" karena masing-masing jawaban mempunyai alasan. Yang mengatakan "tidak buruk" artinya baik atau melah, membandingkan keadaan sekarang dengan dahulu sebelum merdeka dari penjajahan Belanda/Jepang. Dulu kita buta huruf, miskin, dihina, bodoh. Sekarang kita bersekolah, beberapa orang sudah kaya, tidak dihina oleh bangsa lain, dan masyarakat Indonesia tidak bodoh.
gemah ripah loh jinawi, slogan yang menghibur, pengalih frustasi, karena diucapkan dengan mulut kecut, namun tetap bangga menjadi bangsa Indonesia. Kening yang berkerut hanya menimbulkan pertanyaan : apa yang salah ?
Kalau dikaji lebih dalam slogan itu : Jele-melah gumi gelah, dapat diarahkan kepada hal yang positif. Terutama karena ia dapat membangkitkan nasionalisme, cinta tanah air, cinta nusa-bangsa. Rasa cinta itu dibarengi dengan keinginan yang tulus untuk memperbaiki keadaan. Sesuatu yang kurang baik dibenahi. Tindakan serentak tidak hanya digantungkan pada pemerintah, tetapi juga harus dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Salah satu contoh yang nyata, bila kita sadar bahwa korupsi adalah perbuatan amoral yang dapat menghancurkan negara, lalu kita berteriak-teriak menyatakan anti korupsi, maka prinsip itu hendaknya dipegang teguh. Jangan karena kita tidak mendapat kesempatan korupsi bisa berkata keras, namun setelah menjadi pejabat dan mempunyai peluang korupsi kemudian prinsip itu memudar, bahkan turut melakukan perbuatan hina seperti itu.
Pendidikan anak-anak juga sangat penting diperhatikan. Bagaimana upaya kita agar anak-anak sebagai generasi penerus mampu mandiri dalam jalur dharma. Mereka hendaknya mempunyai semangat hidup yang kuat, setia pada nusa-bangsa, menjunjung tinggi nilai-nilai moral sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Akhir renungan menjelang tahun baru 2009, kapankah kita bisa keluar dari krisis ini ? Jawabannya mudah : "bila kita mampu bangkit dari keterpurukan dengan kekuatan sendiri" Ya, tergantung pada kita, bukan tergantung dari bangsa/negara lain !